Kebangkitan Khilafah Di Nusantara
Kesalahan besar umat beragama samawi di zaman ini adalah menganggap apa yang pernah dibangunkan oleh Rasul mereka masih berdiri tegak dan teguh, padahal ia adalah rumah Allah (masjid) yang sudah roboh dan hancur.
Sebenarnya, semua ketamadunan umat yang pernah dibangun oleh Rasul setiap zaman sudah pun mati (ajal).
Umat Nabi Musa sudah mati. Umat Nabi Isa sudah mati. Umat Nabi Muhammad pun sudah lama mati pada abad ke-13 selepas serangan Hulagu Khan menghancurkan Baghdad.
Ia mengalami keruntuhan atau kematian pada tahun 1258 M pada era Khilafah Abassiyah di bawah kepemimpinan Al Musta’shim Billah. Masa itulah yang disebut datangnya ajal ummat
Islam.
Mereka tidak sedar bahawa pada hari ini umat Yahudi, Nasrani dan Islam hanya diinjak dan dijajah kerajaan bangsa-bangsa.
Buktinya adalah mereka tidak lagi diizinkan dan tidak diizinkan untuk menegakkan dan menjalankan 100 peratus hukum Allah dalam kehidupan mereka.
Mereka juga tidak berdaya langsung dalam bentuk kuasa politik untuk membela saudaranya yang dizalimi oleh bangsa-bangsa kafir-musyrik.
Yang hanya mampu mereka lakukan adalah bercakap, membuat tunjuk perasaan, dan boikot perniagaan dengan harapan situasi akan berubah.
Ternyata dengan segala usaha yang dibuat, pengeboman, penyembelihan dan penjarahan tanah milik saudara mereka tetap berlaku, malah disokong pula oleh kuasa besar dunia.
Akhirnya hanya doa yang mampu dikirimkan, walaupun selepas berpuluh tahun lamanya berdoa, keadaan umat masih tidak berubah, bahkan terus buruk dari hari ke hari.
Penggiliran kekuasaan antara peradaban gelap (non-wahyu) dan peradaban terang (berasaskan wahyu) adalah sunnatullah yang tidak pernah berubah dan akan terus berulang.
Tuan Semesta Alam sentiasa menghadirkan watak-watak revolusioner pada setiap zaman yang membawa perubahan ketamadunan melampaui batas jangkaan manusia biasa.
Hal penggantian ketamadunan non-wahyu kepada berasaskan wahyu adalah percaturan politik dunia yang menjadi hak prerogatif Allah, Raja manusia (QS Ali Imran [3]: 26).
Kebangkitan Khilafah atau Kerajaan Allah tidak boleh diraih melalui kudeta, rampasan kuasa atau pemberontakan. Khilafah Allah sebagai bentuk kekuasaan politik di bumi adalah pemberian (anugerah) daripada Dia kepada orang-orang beriman yang mampu membaca zaman dan beramal saleh (lihat QS. An-Nūr [24]: 55).
Hari ini generasi Millah Abraham hidup dalam komuniti orang-orang berdosa (terkutuk) yang musyrik. Kerana itu mereka turut menjadi umat yang dijajah dan dihambakan oleh penguasa yang kafir dan zalim.
Sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan-Nya, Allah akan membinasakan bangsa yang zalim setelah Dia mengirim seorang manusia utusan-Nya untuk memberi kabar gembira dan peringatan bagi masyarakat bangsa tersebut. Perhatikan Al-Qur’an surat Al-Qashash [28] ayat 59:
59. Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman. [Al Qasas:59]
Sejarah panjang yang membentuk demografi dan geopolitik Nusantara menjadikan ia lokasi yang paling berpotensi dan layak menjadi tempat berlakunya sistem hukum Allah (Din Al-Islam) dan berdirinya Khilafah atau Kerajaan Allah.
Namun, serangan ideologi oleh golongan kafir musyrik sejak sekian lama telah menyuntik perasaan “Fobia Khilafah” kepada masyarakat Nusantara.
Selain itu, kebencian terhadap khilafah dan Millah Abraham (Din Al-Islam), juga berlaku akibat persepsi yang keliru tentang apa dan bagaimana sistem Khilafah berjalan dengan cara yang benar.
Mungkin majoriti manusia hari ini menyangka bahwa jika Khilafah kembali ditegakkan, kehidupan mereka akan berubah seperti apa yang dilakukan ISIS di Syria, sedangkan realiti sistem khilafah yang diperjuangkan Rasulullah dan para sahabatnya tidaklah sedemikian.
Konsep yang kami tawarkan kepada dunia hari ini, khususnya generasi spiritual Abraham,adalah gerakan mesianik dan kebangkitan khilafah yang akan mengangkat derajat manusia kepada tingkatan yang lebih tinggi, bebas dari segala jenis penghambaan sesama manusia dan hidup harmoni dalam naungan firman Allah.
Bangsa Nusantara dilihat sebagai bangsa ‘bukan kitab’ kerana catatan sejarah menulis ia adalah penganut animisme dan dinamisme, bangsa primitif penyembah batu, pohon, haiwan, dan lain-lain.
Oleh itu umat Nusantara tidak dilihat sebagai umat yang mampu memikul amanat yang pernah dibawa oleh para Rasul Allah dalam perjuangan menyambut kebangkitan khilafah (kerajaan)-Nya.
Begitulah strategi Allah. Apa yang menurut manusia tidak mungkin, sebenarnya sangat mungkin di sisi Allah.
Di tangan-Nyalah segala kuasa di muka bumi telah dipergilirkan-Nya bagaikan pergiliran malam dan siang.
Bangsa mana pun di dunia tidak berhak mengatakan bahwa hanya mereka sajalah yang layak menjadi imam atau pemimpin dunia seperti yang dilaungkan oleh umat rasul yang pernah dikurniakan khilafah sebelum ini.
Janji Allah terhadap keturunan Abraham tidak hanya berlaku kepada keturunan biologis,
tetapi juga kepada keturunan ruh (wahyu) Abraham, iaitu mereka yang memegang teguh misi risalah Millah Abraham.
Janji ini adalah sesuatu yang pasti berlaku kepada generasi Nusantara daripada jalur keturunan Abraham dari Ketura, yang merupakan pengikut Millah Abraham.
“Dan demikianlah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah mempunyai karunia yang besar (QS. Al-Jumu’ah [62]: 4).
Prinsip sunnatullah tentang hukum ajal sesebuah umat (bangsa) masih berlaku dalam kehidupan manusia hari ini.
Maka secara aqidah kita harus meyakini bahawa apabila sā‘ah (waktu) kematian negara-negara bangsa penguasa dunia berlaku, maka tidak ada kuasaan apa pun yang ada pada manusia yang dapat mencegah ajal kematian atau kehancurannya baik secara ekonomi mahupun secara politik.
Kini kekuasaan negara-negara bangsa kafir-musyrik (Blok Barat dan Blok Timur) juga sedang memasuki fasa akhir, hanya menanti masa kehancurannya.
Tanda-tanda akhir zaman (kematian) kekuasaan mereka sudah semakin jelas terlihat, begitu juga dengan tanda-tanda datangnya zaman bari iaitu kebangkitan Khilafah (Kerajaan) Allah.
Kesimpulannya, Allah adalah Tuan Semesta Alam Yang Kuasa memberi kekuasaan kepada siapa saja (bangsa) yang dikehendaki-Nya, dan bangsa Nusantara tidak terkecuali daripada peluang ini.
Allah telah berjanji akan memberi kekuasaan (khilafah) kepada generasi biologis dan/atau ruh Abraham (pengikut Millah Abraham/Millah Ibrahim) yang konsisten terhadap keimanannya kepada Tuan Yang Esa dan senantiasa berbuat amal saleh.
Maraknya gerakan yang mengusung ide Khilafah berlaku di dunia, tidak terkecuali di Nusantara semakin memperkuatkan keyakinan kami generasi Millah Abraham akan hal tersebut.
Tentu saja kita berharap bahawa kebangkitan misi risalah Allah yang dahulu dipikul oleh Rasulullah Muhammad dan para sahabatnya akan lahir dan bangkit dari bumi Nusantara, sebuah wilayah yang kaya dengan sumber daya alam dan sumber daya manusia, menjadikan ia sangat ideal untuk membangkitkan misi Kerajaan Allah pada zaman ini.
Bagi mereka yang mengimani, tidak ada sikap dan pilihan lain melainkan menyambut kehadiran Kerajaan Allah dengan sukacita dan turut aktif memperjuangkannya hingga tegaknya kembali Khilafah yang dijanjikan-Nya.
Bagi Anda yang tidak mengimani hal ini, itu adalah hak asasi anda yang tidak dapat kami dipaksakan. Jangan lupa, setiap pilihan anda mempunyai akibatnya yang tersendiri.
Jika anda masih ragu tentang berlakunya kebangkitan Kerajaan Allah, perhatikanlah sunnatullah daripada kisah rasul-rasul terdahulu.
Inilah konsep yang kami tawarkan kepada bangsa Nusantara, yang telah lama mengenam Abaraham dengan nama-nama seperti Brahma, Brahman, atau Bromo.
Hari ini, kami tampil ke depan untuk menawarkan konsep yang tak tidak boleh ditumpaskan. Kami tidak menawarkan doktrin tidak masuk akal yang tidak boleh dibahaskan secara ilmiah, yang hanya layak dijadikan kisah dongeng menidurkan anak.
Andainya anda merasakan ada konsep lain yang lebih baik daripada yang kami tawarkan, dipersilakan untuk membuat konsep yang setanding atau serupa dengan konsep Millah Abraham.
Kami yakin, sekalipun anda mengumpulkan pemimpin-pemimpin agama, profesor, dan ahli-ahli untuk menciptakan konsep yang serupa dengan konsep Millah Abraham, pastilah kalian tidak akan mampu membuatnya (QS. Al-Baqarah [2]: 23–24).
Mari kita sama-sama menanti, apakah janji Allah tersebut akan berlaku (tergenapi) atau tidak. Adakah Khilafah Islamiyah atau Kerajaan Allah akan bangkit dari bumi Nusantara pada zaman ini atau tidak?